3/18/2014

ILMU PENGETAHUAN TENTANG MASYARAKAT



Aliran Pemikiran Rasionalisme, Empirisme, Dan Kombinasi Antara Keduanya
Filsafat adalah bagian dimana didalamnya dibahas tentang berbagai macam solusi dari problematika tentang hakikat ilmu sebenarnya. Filsafat merupakan pandangan hidup seseorang tentang suatu konsep dasar yang dimiliki manusia dalam bertindak atau menjalani kehidupan. Sedangkan ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Peran filsafat sebagai acuan dan tujuan dalam melaksanakan sesuatu. dengan fungsi memberikan petunjuk dan arah dalam perkembangan keilmuan. Sehingga dalam berfilsafat, seseorang harus mampu untuk berfikir secara mendasar, menyeluruh, dan spekulatif. Karena dari rasa ingin  tahu akan membuat seseorang mengerti, dan dari rasa ragu-ragu akan menuntun seseorang mencari sebuah kepastian.
Adapun aliran pemikiran tentang pengetahuan yang berkembang di masyarakat, yaitu:
Rasionalisme
A.    Pengertian
Merupakan corak berpikir yang sangat menjunjung tinggi kemampuan akal yang rasional dan logis sehingga dapat diterima oleh akal sehat. Dimana akal sebagai landasan dalam memperoleh pengetahuan. aliran ini juga menegaskan bahwa untuk sampai kepada kebenaran, maka caranya adalah hanya dengan akal. Aliran ini memiliki konsep yaitu meragukan segala sesuatu hingga akal mampu menganalisis suatu hal yang mereka ragukan itu hingga akhirnya meyakininya.
B.     Tokoh Rasionalisme
-          PLATO (500 SM) Pengetahuan diperoleh dari renungan ide-ide.
Plato adalah seorang filsuf Yunani klasik, matematika, mahasiswa Socrates, penulis dialog filosofis dan pendiri Academy di Athena, lembaga pendidikan tinggi pertama di dunia barat. Plato memberikan gambaran klasik dan rasionalisme. Dalam sebuah dialog yang disebut Meno, dia berdalil, bahwa untuk mempelajani sesuatu, seseorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya belum diketahui. Tetapi, jika dia belum mengetahui kebenaran tersebut, bagaimana dia bisa mengenalinya? Plato menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengatakan apakah suatu pernyataan itu benar kecuali jika dia sebelumnya sudah tahu bahwa itu benar. Kesimpulannya adalah bahwa manusia tidak mempelajari apa pun; ia hanya “teringat apa yang telah dia ketahui”. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah berada dalam pikiran.
            Teori pengetahuan Plato kemudian diintegrasikan dengan pendapatnya tentang hakekat kenyataan. Menurut Plato kenyataan dasar terdiri dari idea atau prinsip. Idea ini disebutnya bentuk Keindahan, kebenaran, keadilan adalah salah satu dan bentuk yang berada secara mutlak dan tidak berubah kapan pun dan bagi siapa pun. Manusia dapat mengetahui bentuk-bentuk ini lewat proses intuisi rasional yakni suatu kegiatan yang khas dan pikiran manusia. Bukti bahwa bentuk ini ada didasarkan pada kenyataan bahwa manusia dapat menggambarkannya. Jadi, Plato memandang pengetahuan sebagai suatu penemuan yang terjadi selama proses pemikiran rasional yang teratur.

-         RENE DESCARTES  (1596-1650) “Saya berfikir maka saya ada”  

Descartes adalah tokoh awal yang membuat paradigma lain atau berbeda dengan paradigma keilmuan para filosof sebelumnya, dengan konsep meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Ia menyebut bahwa akal (rasionalitas) adalah sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal yang akan memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Akal dapat menurunkan kebenaran dari dirinya sendiri yaitu atas dasar asas-asas pertama yang pasti. Gagasan Descartes Ini terlihat begitu kuatnya ia mengandalkan akal secara mutlak.
Descartes dianggap sebagai “Bapak” Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, karena dialah orang pertama pada zaman modern itu yang membangun filsafat berdasarkan atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dia pula orang pertama di akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat dan tegas yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci dan bukan yang lainnya.
karyanya Anaximenes Discourse on Methode yang menjelaskan perlunya memperhatikan empat hal berikut ini:
  1. Tidak menerima sesuatu apa pun sebagai kebenaran, kecuali bila saya melihat bahwa hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
  2. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu sebanyak mungkin bagian, sehingga tidak ada suatu keraguan apa pun yang mampu merobohkannya.
  3. Bimbinglah pikiran dengan teratur, dengan memulai dari hal yang sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai pada yang paling sulit dan kompleks.
  4. Dalam proses pencarian dan penelaahan hal-hal sulit, selamanya harus dibuat perhitungan-perhitungan yang sempurna serta pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita menjadi yakin bahwa tidak ada satu pun yang terabaikan atau ketinggalan dalam penjelajahan itu.
Atas dasar aturan-aturan itulah Descartes mengembangkan pikiran filsafatnya.Ia meragukan segala sesuatu yang dapat diragukan. Pertama-tama ia mulai meragukan hal-hal yang berkaitan dengan panca indera. Ia meragukan adanya badannya sendiri. Keraguan itu dimungkinkan karena pada pengalaman mimpi, halusinasi, ilusi dan pengalaman tentang roh halus, ada yang sebenarnya itu tidak jelas. Pada keempat keadaan itu seseorang dapat mengalami sesuatu seolah-olah dalam keadaan yang sesungguhnya. Di dalam mimpi, seolah-olah seseorang mengalami sesuatu yang sungguh-sungguh terjadi, persis seperti tidak mimpi. Begitu pula pada pengalaman halusinasi, ilusi dan hal gaib. Tidak ada batas yang tegas antara mimpi dan jaga. Oleh karena itu, Descartes berkata, ”Aku dapat meragukan bahwa aku di sini sedang siap untuk pergi ke luar; ya, aku dapat meragukan itu karena kadang-kadang aku bermimpi persis sepeti itu, padahal aku ada di tempat tidur sedang bermimpi”. Jadi, siapa yang dapat menjamin bahwa yang sedang kita alami sekarang adalah kejadian yang sebenarnya dan bukan mimpi?..
Empirisme

A.    Pengertian
Empirisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari bahasa yunani empeiria yang berarti pengalaman. Sebagai suatu doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme. Akan tetapi tidak berarti bahwa rasionalisme ditolak sama sekali. Dapat dikatakan bahwa rasionalisme dipergunakan dalam kerangka empirisme, atau rasionalisme dilihat dalam bingkai empirisme.

B.     Tokoh Empirisme
-         JOHN LOCKE (1632-1704)
Pengetahuan diperoleh dari pengamatan indera à Pikiran tidak lebih dari sehelai kertas kosong yang  hanya dapat diisi dengan  keinderaan.  à Pengetahuan secara induktif

Menurut Locke seluruh pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Locke berpendapat bahwa sebelum seorang manusia mengalami sesuatu, pikiran atau rasio manusia itu belum berfungsi atau masih kosong diibaratkan seperti sebuah kertas putih (tabula rasa) yang kemudian mendapatkan isinya dari pengalaman yang dijalani oleh manusia itu. Rasio manusia hanya berfungsi untuk mengolah pengalaman-pengalaman manusia menjadi pengetahuan sehingga sumber utama pengetahuan menurut Locke adalah pengalaman.
Adapun ragam pengalaman manusia menurut Locke dibedakan menjadi dua macam pengalaman manusia, yakni pengalaman lahiriah (sense atau eksternal sensation) dan pengalaman batiniah (internal sense atau reflection).Pengalaman lahiriah adalah pengalaman yang menangkap aktivitas indrawi yaitu segala aktivitas material yang berhubungan dengan panca indra manusia.Sedangkan  pengalaman batiniah terjadi ketika manusia memiliki kesadaran terhadap aktivitasnya sendiri dengan cara ‘mengingat’, ‘menghendaki’, ‘meyakini’, dan sebagainya. Kedua bentuk pengalaman manusia inilah yang akan membentuk pengetahuan melalui proses selanjutnya.

Jalan ketiga / Kombinasi Antara Rasionalisme dan Empirisme

-          Tokoh Jalan Ketiga
IMMANUEL KANT (1737-1804)
Semua pengetahuan mulai dari pengalaman, tetapi tidak seluruhnya berasal dari pengalaman. Gambaran yang kita miliki dibuat oleh akal pikiran dari bahan tak teratur yang disajikan oleh indera.

Immanuel Kant seorang filsuf termasyhur dari Jerman memiliki tiga pokok pemikiran antaralain :

1.      Panca indera, akal budi dan rasio. Kita sudah tahu tentang arti empirisme yang mementingkan pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis, namun Kant memberi definisi berbeda. Pada Kant istilah rasio memiliki arti yang baru, bukan lagi sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu yang ada “di belakang” akal budi dan pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada tiga unsur: akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan pengalaman inderawi.
2.      Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi. Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan yang datang lebih dulu sebelum dialami, seperti misalnya pengetahuan akan bahaya, sedangkan a-posteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti misalnya dalam menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah satunya saja yang dipakai misalnya hanya empirisme saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang diperoleh tidaklah sempurna bahkan bisa berlawanan. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
3.      Dari sini timbulah bahwa Kant adalah seorang Kopernikan dalam bidang filsafat. Sebelum Kant, filsafat hampir selalu memandang bahwa orang (subjek) yang mengamati objek, tertuju pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant memberikan arah yang sama sekali baru, merupakan kebalikan dari filsafat sebelumnya yaitu bahwa objeklah yang harus mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat objek (subjek).
 Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat yaitu membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang fresh, logis, dan berpengaruh.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.
animasi bergerak gif
animasi bergerak gif