A. Determinasi ekonomi
Gagasan Marx mengenai
konsep meterialisme sejarah yang mengabsenkan pentingnya sebuah gagasan dan
kontribusinya pada sejarah. Disebut juga sebagai materialis karena sejarah
dianggap ditentukan oleh syarat-syarat produksi material, materialisme disini
bukan dalam arti filosofis, sebagai kepercayaan bahwasanya realita adalah
materi, melainkan menunjuk pada hal yang menentukan sejarah. Dan jawabannya
adalah keadaan material=ekonomi, bukan pada pikiran dan gagasan. Material yang
ditekankan adalah produksi kebutuhan material manusia, cara manusia
menghasilkan apa yang dibutuhkan manusia untuk hidup. Sikap material dari Marx
juga menunjukkan bahwa Marx memahami semua kepentingan hanya sebagai yang
ekonomis saja, entah langsung entah tidak langsung, ia memandang kekuasaan
politik hanya menhadi kepentingan sebagai fungsi kekuasaan ekonomis. Marx dalam
perspektifnya menyatakan bukan cita-cita kebebasan yang menjadi kekuatan dalam
sejarah modern tetapi kebutuhan kelas kapitalis akan tersedianya buruh saat
dibutuhkan dan lingkungan atau kondisi-kondisi yang berada disekitar dimana
memungkinkan terlaksananya ide tersebut, kelangsungan dan tentunya dampak dari
ide tersebut yang akan membaur dengan lingkungan tersebut.
Determinasi ekonomi
adalah dimana hal-hal yang bersifat mendasar (basis) seperti bentuk modal,
alat-alat produksi, dan kekuatan-kekuatan modal lainnya yang mempengaruhi
sejarah, bukan kehidupan sosial seperti agama, politik, filsafat, seni, bahkan
negara (suprastruktur) lah yang mempengaruhi dan membuat sejarah.
Marx memandang segala
perubahan politis adalah hal-hal yang berkaitan dengan produksi kemajuannya dimana
tujuan dari sejarah adalah kemajuan dalam perbaikan hidup manusia yang hanya
bisa dilakukan di tahapan duniawi. Istilah “basis” dalam beberapa literature disebut
sebagai “infrastuktur” dengan ciri-ciri basis adalah pertentanga antara
kelas-kelas atas dan kelas-kelas bawah. Sedangkan “suprastruktur” juga disebut
“bangunan atas” dengan ciricirinya adalah yang mengatur kehidupan masyarakat
diluar hal-hal keproduksian, termasuk norma, agama, kesehatan, sistem
pendidikan, lalu lintas, dll.
Marx menemukan hukum
yang mengatur perkembangan masyarakat dan sejarah yaitu ekonomi. Ekonomi adalah
hal yang mndasar bagi pandangan sejarah materialistiknya. Dan inilah yang
menjadikannya sebagai pemikir sosialisme ilmiah, sosialisme yang tidak
berdasarkan harapan atau keingan khayalan belaka, semuanya serba benda dan berdasarkan
kepada analisis ilmiah terhadap perkembangan kehidupan hukum masyarakat. Ia merumuskan
bidang ekonomi menentukan aspek politik dan pemikiran manusia, meski factor ekonomi
sendiri ditentukan oleh konflik antara golongan pekerja dan pemilik modal yang
konflik tersebut dipertajam oleh inovasi di bidang teknik produksi.
Pertentangan tersebut juga akhirnya akan meledak dalam sebuah revolusi yang
akan mengubah struktur dan kekuaaan di bidang ekonomi, kenegaraan, dan gaya
berfikir manusia.
Marx juga mengatakan
bahwa sistem kapitalis akan runtuh setelah terjadinya revolusi. Revolusi yang
akan memecah kelas-kelas menjadi saling bertentangan dan menghasilkan
masyarakat sosialis karena berhasil menghilangkan kelas dalam masyarakat.
B. Marxime Hegelian
Akibat dari kritik dan kecaman, determinasi ekonomi
mulai pudar arti pentingnya, dan sejumlah teoritisi mengembangkan ragam lain
dari teori Marxian. Sekelompok Marxis kembali lagi pada akar-akar Hegelian
Marxis awal pada level objektif dan material. Marxis Hegelian awal berusaha
mengembalikan dialektika antara aspek subjekif dan aspek objektif kehidupan
social. Refikasi. Sejak awal lukacs menjelaskan bahwa ia tidak sepenuhnya
menolak karya Maxis ekonomo tentang reifikasi, namun sekedar berusaha
memperluas dan menguraikan lagi gagasangagasan mereka.
Kelas dan Kesadaran
Palsu. Kesadaran
Kelas merujuk pada system
kepercayaan yang dimiliki bersama oleh mereka yang menempati posisi kelas yang
sama dalam masyarakat. Lukacs menjelaskan bahwa kesadaran kelas bukanlah jumlah
atau Rata-rata kesadaran individu; dia menjadi milik sekelompok orang yang
memiliki tempat serupa dalam sebuah system produksi. Pandangan ini mengarah
pada focus kesederhanaan kelas borjuasi dan khususnya proletariat. Dalam karya
Lukacs, terdapat kaitan jelas antara posisi ekonomi objektif, kesadaran kelas
dan pemikiran manusia yang rill dan Psikologis tentang kehidupan mereka
(1992/1968: 51).
C. Teori kritis
Teori kritis adalah
produk dari sekelompok neo-Marxis jerman yang tidak puas dengan kondisi teori
Marxian (Bernstein, 1995; Kellner, 1993; untuk pandangan yang lebih luas
tentang teori kritis, baca Agger, 1998), khususnya kecenderungan teori ini
kearah determinisme ekonomi.
Kritik atas Teori
Marxian. Teori kritis menjadikan teori-teori Marxian sebagai pijakan awal kritiknya.
Para teori kritis begitu terusik oleh para determiis ekonomi-para Marxis
mekanistis, atau mekanis (Antonio, 1981; Schroyer, 1973; Sewart, 1978). Kritik
Positivisme. Teoretisi kritis juga memusatkan perhatian pada dukungan filosofis
terhadap penelitian ilmiah, khususnya yang beraliran positivism (Bottomore,
1984; Halfpenny, 2001; Morrow, 1994). Kritik atas positivisme, paling tidak
sebagian, terkait dengan kritik atas determinisme ekonomi, karena beberapa
orang yang menganut paham determinis menerima sebagian atau keseluruhan teori
pengetahuan positivistik.
D. Sosiologi ekonomi neo
Marxian
Pemikir neo Marxian
(misalnya teoritisi kritis) tak banyak membahas lembaga ekonomi, sekurangnya
sebagai reaksi terhadap ekses pemikiran pemikir determinisme ekonomi. Namun
reaksi itu dengan sendirinya telah menggerakkan serentetan reaksi balik. Bagian
ini akan menjelaskan pemikiran beberapa pemikir Marxis yang kembali memusatkan
perhatian pada bidang ekonomi. Pemikiran mereka tak semata ulangan teori
Marxian awal. Pemikiran mereka merupakan upaya menyesuaikan teori Marxian
dengan realitas masyarakat kapitalis modern. Di bagian ini akan dibahas dua
kelompok karya. Pertama berfokus pada isu modal dan tenaga kerja secara luas.
Yang kedua adalah karya kontemporer yang lebih sempit, tentang transisi dari
Fordisme ke post-Fordisme.
Modal dan Tenaga Kerja
Pemahaman asli Marx
tentang struktur dan proses ekonomi, didasarkan atas hasil analisisnya tentang kapitalisme di zamannya
(pertengahan abad 20) yang dapat kita bayangkan sebagai kapitalisme kompetitif.
Industri kapitalis relatif tergolong kecil. Akibatnya tak ada industri tunggal
atau sekelompok kecil industri yang dapat mengendalikan pasar sepenuhnya dan
tanpa persaingan. Kebanyakan pemikiran ekonomi Marx didasarkan atas premis
(yang memang akurat di zamannya) bahwa kapitalisme adalah sebuah sistem
kompetitif.
Monopoli modal
Dalam konteks inilah
kita harus memeriksa karya Paul Baran dan Sweezy (1966). Kedua pemikir ini
memulai dengan mengkritik ilmu social Marxian karena mengulangi rumusan yang
sudah lazim dan karena gagal menerangkan perkembangan penting terakhir yang terjadi di
dalam masyarakat kapitalis. Mereka menuduh teori Marxian mengalami stagnasi
karena teori itu terus bersandar pada asumsi ekonomi kompetitif. Menurut mereka
teori Marxian modern mestinya menyadari bahwa kapitalisme persaingan sebagian
besar telah digantikan oleh kapitalisme monopoli.
Kapitalisme monopoli
dalam satu hal berarti pengendalian satu atau sedikit kapitalis terhadap sektor
ekonomi tertentu. Jelas dalam kapitalisme monopoli kompetisi jauh lebih sedikit
ketimbang dalam kapitalisme kompetitif. Dalam kapitalisme kompetitif organisasi
usaha bersaing atas dasar harga; artinya kapitalis berupaya menjual barang
lebih banyak dengan menawarkan harga lebih rendah. Dalam kapitalisme monopoli
perusahaan tak lagi bersaing dengan cara seperti itu karena satu atau beberapa
perusahaan mengendalikan pasar; kompetisi bergeser ke bidang penjualan. Periklanan,
pengemasan, dan metode lain yang bertujuan menarik minat kosumen potensial
adalah bidang utama kompetisi.
Tenaga Kerja dan
Monopoli Modal.
Untuk mengembangkan
analisis Marx, Braverman menyatakan bahwa konsep “kelas buruh” tidak
mendeskripsikan sekelompok orang atau kelompok tertentu, tetapi lebih merupakan
sebuah pernyataan tentang proses pembelian dan penjualan tenaga kerja. Dilihat
dari proses itu, Braverman bahwa dalam kapitalisme modern sebenarnya tak
seorang pun di antara tenaga kerja itu memiliki alat produksi; karena itu
segolongan besar orang pekerja kantoran dan pelayan terpaksa menjual tenaga
kerja mereka kepada segolongan kecil yang memiliki alat produksi. Menurut
Braverman, pengendalian dan eksploitasi kapitalis maupun proses yang berasal
dari mekanisasi dan rasionalisasi diperluas ke pekerja kantoran dan pelayan
meski dampaknya belum sebesar yang dialami oleh buruh kasar.
E. Marxisme yang
berorientasi historis
Pemikir Marxis yang berorientasi
ke riset historis mengaku sebagai Marxian yang benar-benar memusatkan perhatian
pada sejarah. Riset historisris Marx paling terkenal adalah formasi ekonomi
prakapitalis (1857-1858/ 1964). karya yang merefleksikan orientasi historis,
karya Immanuel Wallerstein (1974,1980, 1989,1992,1995; Chase-Dunn, 2001)
tentang sistem dunia modern.
Sistem Dunia Modern
Wallerstein memilih
unit analisis tak seperti yang digunakan oleh kebanyakan pemikir Marxian. Ia
tak memperhatikan pekerja, kelas atau bahkan negara karena ia melihat sebagian
besar variabel tersebut terlalu sempit untuk tujuan analisisnya. Sebaliknya, ia
memusatkan perhatian pada kesatuan ekonomi luas dengan pembagian kerja yang tak
dibatasi oleh batasan politik atau kultural. Ia menemukan bahwa unit dalam
konsep sistem dunianya itu sebagian besar adalah sosial yang memenuhi kebutuhan
sendiri dengan batas dan jangka hidup yang dapat ditetapkan; artinya sistem
sosial itu tak kekal selamanya.
Sistem itu secara
internal tersusun dari berbagai jenis struktur sosial dan kelompok-kelompok
yang menjadi anggotanya. Menurut wallerstein sistem itu dipersatukan bersama
oleh berbagai jenis kekuatan yang mengandung ketegangan di dalamnya. Kekuatan
ini selalu berpotensi untuk merobek sistem sehingga terpecah-pecah. Wallerstein
menyatakan bahwa sejauh ini kita hanya mempunyai dua tipe sistem dunia. Pertama
adalah kekaisaran dunia, contohnya kekaisaran Romawi kuno. Kedua, adalah sistem
ekonomi dunia kapitalis modern. Kekaisaran dunia berdasarkan dominasi politik
(dan militer) sedangkan sistem ekonomi dunia kapitalis bersandarkan pada
dominasi ekonomi. Ekonomi dunia kapitalis dipandang lebih stabil ketimbang
kekaisaran dunia karena beberapa alasan. Pertama, ekonomi dunia kapitalis
mempunyai basis lebih luas, karena meliputi banyak negara. Kedua, mempunyai
proses stabilisasi ekonomi yang terpasang permanen. Masingmasing kesatuan
politik di dalam ekonomi dunia kapitalis menyerap apa pun kerugian yang
terjadi, sedangkan keuntungan ekonomi didistribusikan ke tangan privat.
Wallerstein meramalkan kemungkinan munculnya sistem dunia ketiga, sebuah
pemerintahan dunia sosialis. Sementara sistem ekonomi kapitalis memisahkan
politik dari sektor ekonomi, ekonomi dunia sosialis akan menyatukannya kembali.
F. Teori past marxis
Sepanjang berjalanya
teori-teori Marxist ini dipahami dan digunakan untuk malukan
perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk perlawan-perlawan yang dilakukan oleh
kelas proletar terhadap kelas borjuasi untuk merebut alat produksi dan nilai
lebih tadi sampai pada tindakan merebutkan kekuasaan Negara yang tidak hanya
alat produksi saja.
Dalam konteks ini
muncul tanda tanya yang semakin besar dan semakin terfokus arahnya pada
keseluruhan cara memahami sosialisme dan jalan yang harus ditempuh olehnya. Hal
inilah yang mendorong munculnya kembali pemikiran kritis-pemikiran kritis yang
bersifat menggerogoti namun memang tak bisa dielakkan terhadap basis teoritis
dan polirik yang menjadi fondasi dari bangunan horizon intelektual kiri yang
tradisional. Serangkaian fenomena baru yang merupakan dasar terjadinya mutasi
itu, juga munculkan desakan yang semakin kuat untuk melakukan penilaian ulang
secara teoritis. Fenomena baru itu seperti misalnya gerakan feminism baru,
gerakan-gerakan protes yang bersifat etnik, nasional dan minoritas gender,
perjuangan ekologi anti-sistem yang dilakukan oleh lapis-lapis masyarakat yang
termarjinalkan, gerakan anti senjata nuklir, bentuk-bentuk ganjil dari
perjuangan sosial di Negara-negara periferi kapitalis. Fenomena-fenomena baru
itu mengimplikasikan terjadinya gerak perluasan konflik sosial ke wilayah yang
semakin luas sehingga menciptakan potensi, namun hanya sebatas potensi, bagi
terciptanya sebuah gerak kemajuan kea rah masyarakat-masyarakat yang semakin
lebih bebas, demokratis dan egalitarian.
Daftar Pustaka
Plekanov,
Masalah-Masalah
Dasar Marxisme. Jakarta: 2002 Penerjemah:
Ira Iramanto
Magnis-Suseno,
Frans. Pemikiran Karl
Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme.
Jakarta: Gramedia. 1999.
Magnis-Suseno,
Frans. Etika Politik:
Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta:
Gramedia. 2003
Suhelmi,
Ahmad. Pemikiran Politik
Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Mayarakat dan Kekuasaan.
Jakarta: PT. Gramedia. 2001
Ernesto Laclau and Chantal Mouffe, Hegemoni dan Strategi Sosialis:
Postmarxisme+Gerakan Sosial Baru.
Yogyakarta: Versi, 2008 Penerjemah: Eko Prasetya Darmawan
Plekanov, Masalah-Masalah Dasar Marxisme. Jakarta: 2002 Penerjemah: Ira Iramanto.