Bisnis Unik Keripik Ganggang Menyehatkan, Inovasi Dari Jepang
Bila Anda sering bepergian ke pantai, maka jangan heran bila sering
menemukan bermacam-macam ganggang yang melekat di dasar batuan karang.
Warnanya pun beragam, ada yang hijau, merah, atau coklat. Sekilas,
memang tak ubahnya dengan tumbuhan liar lainnya di pantai.
Tangan-tangan kreatif mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil
menciptakan makanan lezat terbuat dari ganggang yang hidup di
karang-karang laut.
Di tangan mahasiswi Biologi UGM, Shinta Dewi, ganggang yang berwarna
hijau (ulva sp) ternyata dapat diolah jadi makanan keripik. Tidak
sekedar camilan lezat, setelah diteliti makanan itu berkhasiat bagi
kesehatan.
Tumbuhan tersebut, sering dijumpai di pantai selatan Jawa. Bentuknya
berupa lembaran yang berwarna hijau. Di Yogyakarta, ganggang ulva cukup
melimpah dan banyak dijumpai di Pantai Kukup, Grono, Sundak, Krakal dan
Wediombo.
Berawal dari kegiatan program kreativitas mahasiswa, Shinta bersama
teman-temannya meneliti ganggang itu. Mereka kemudian mengajak
masyarakat nelayan yang hidup di sekitar Pantai Kukup untuk mengolah
ganggang ulva menjadi keripik. Sesuai dengan namanya, kripik olahan itu
pun dinamakan ''keripik ulva''.
''Keripik ulva, sebagai inovasi olahan makanan berupa keripik dengan
bahan dasar ulva. Hal ini dilatar belakangi dari fakta inovasi yang
telah dikembangkan oleh negara Jepang, yang telah mengolah ulva sebagai
pembungkus makanan sejenis lemper,'' katanya ketika ditemui di sela-sela
pameran penelitian ''Research Week'' di Graha Sabha Pramana, baru-baru
ini.
Makanan Alternatif
Berdasarkan hasil penelitiannya, kandungan gizi dari ''keripik ulva''
berupal mineral 2,59 persen, serat 11,5 persen, dan protein 4,88 persen.
Pengolahan ganggang ulva jadi keripik dengan menggandeng kelompok usaha
bersama masyarakat Forum Mitra Bahari yang berlokasi di areal Pantai
Kukup, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul.
''Pemanfaatan ganggang ulva tentunya memberikan tambahan kesejahteraan
bagi masyarakat nelayan yang tinggal di sekitar pantai. Saat ini, untuk
ganggang ulva mentah dijual Rp 20.000 per kg, sedangkan dalam bentuk
keripik dijual Rp 60.000 per kg. Untuk ukuran bungkusan kecil 40 gram,
kita jual Rp 3.000,'' katanya.
Dosen biologi UGM, Ludmila Fitri Untari MSc menuturkan, makanan ganggang
ulva memang berkhasiat untuk anti kanker dan bio anti helmintika (obat
cacing alami). ''Selama ini belum dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
makanan alernatif. Di negara lain, seperti di Jepang, China dan Filipina
sudah digunakan sebagai salad sayur,'' katanya.
Meski sudah mengajak masyarakat untuk membudidayakan ganggang ulva,
menurutnya, masih menyisakan sedikit masalah. Salah satunya, masyarakat
yang belum tahu cara memanen ganggang itu dengan cara mencungkil.
''Mereka memanen seperti mencabut tanaman kacang saja, cabut hingga ke
akarnya, akibatnya ganggang tidak tumbuh lagi. Seharusnya dipotong saja
untuk disisakan beberapa cm saja agar bisa tumbuh lagi,'' kata pakar
fikologi itu.
Seperti yang dikatakan dosen biologi UGM Ludmila Fitri Untari, selain
lezat rasanya, setelah dilakukan penelitian dan makanan ini berkhasiat
tinggi untuk kesehatan, seperti mencegah penyakit kanker dan obat cacing
alami.
"Tapi sayangnya, masyarakat belum memanfaatkan itu sebagai makanan
alternatif. Di negara lain seperti di Jepang, China dan Filipina sudah
digunakan sebagai salad sayur," kata Ludmila Fitri Untari.
Saat ini, Shinta terus berupaya membudidayakan ganggang untuk diolah
menjadi keripik dan dinamai kripik 'Ganggang Ulva'. Bahan dasar kripik
ini dapat dijumpai di pantai selatan Jawa.
Alasan :
Berawal dari coba - coba dalam penelitian PKM-nya, Shinta Dewi berhasil membuat keripik ganggang yang dibisniskan menjadi makanan ringan yang lezat dan berkhasiat bagi kesehatan terutama untuk anti kanker dan bio anti helmintika (obat
cacing alami) . Dari kekreatifannya dia juga bisa membantu memberikan tambahan kesejahteraan
bagi masyarakat nelayan yang tinggal di sekitar pantai yang dapat menambah penghasilan sebagai petani ganggang.